Secara Etimologi
teori intraksionisme simbolik merupakan gabungan dari kata intraksi dan symbol.
Jadi secara umum teori intraksionisme simbolik adalah teori yang
menekankan pada proses intraksi manusia dan masayarakat dengan menggunakan
symbol-simbol tetentu dalam setiap komunikasi dan interaksi.
2. Tokoh
Tokoh yang berjasa dalam pencetusan teori ini adalah
George Herbert Mead. Seorang ilmuwan yang lahir di South Hadley, sebuah kota
kecil di Massachussetts, Amerika pada 27 Februari 1863. Dia anak dari seorang clergyman,
minister bernama Hiram Mead yang juga adalah seorang pendeta
gereja kongregasional serta juga mengajar sebagai profesor di seminar teologi
di Oberlin College di Ohio. Sedangkan ibunya bernama Elizabeth Storrs Billings
adalah seorang wanita yang berpendidikan yang juga mengajar di Berlin College
selama dua tahun dan kemudian menjadi presiden di Mount Holyoke College selama
sepuluh tahun.
3. Sejarah Perkembangan Teori
Selama menempuh pendidikan di Harvard, Mead banyak
belajar dan mendapat pengaruh dari William James tentang pragmatism dalam
filsafat di konsep diri (self), dan John Dewey pun juga adalah salah
satu tokoh pragmatis yang berpengaruh pada pemikiran – pemikiran George Gerbert
Mead dalam konsep isyarat (gesture). George Herbert Mead adalah
merupakan orang penting dalam Filsafat Pragmatis, walaupun dia masihkurang
kalau sebagai pelopor pragmatism dibandingkan dengan John Dewey, yaitu teman
juga koleganya selama di Universitas Chicago. George Herbert Mead tidak pernah
menulis buku secara sistematik. Tulisannya tentang Mind, Self and Society
(1934) dan Movements of Thought in the 19th Century adalah
merupakan materi – materi kuliah Mead yang telah mempengaruhi perkembangan
Sosiologi Kontemporer khususnya pada pembahasan tentang Interaksionisme
Simbolik, yang diberikannya ketika Mead menjadi dosen dan dibukukan oleh salah
satu mahasiswanya yang sangat mengagumi Mead dan juga merupakan salah satu
Sosiolog terkenal, yaitu Leonard Cottreil.
George Herbert Mead memiliki pemikiran yang mempunyai
sumbangan besar terhadap ilmu social dalam perspektif teori yang dikenal dengan
interaksionisme simbolik, yang menyatakan bahwa komunikasi manusia berlangsung
melalui pertukaran symbol serta pemaknaan symbol – symbol tersebut. Mead
menempatkan arti penting komunikasi dalam konsep tentang perilaku manusia,
serta mengembangkan konsep interaksi simbolik bertolak pada pemikiran Simmel
yang melihat persoalan pokok sosiologi adalah masalah sosial. Seperti yang
telah diuraikan diatas, Mead adalah salah satu pelopor dalam Filsafat
Pragmatisme dinama pragmatism adalah menekankan hubungan yang sangat erat
antara pengetahuan dan tindakan untuk mengatasi masalah social. George Herbert
Mead adalah orang yang sederhana dan rendah hati, dan dia merasa sangat nyaman
di tengah – tengah lingkungan kota Chicago yang dinamis. Seperti para penganut
pragmatism lainnya, Mead yakin akan kemungkinan – kemungkinan perubahan social.
Oleh karena itu, George Herbert Mead juga melibatkan dirinya dalam reformasi
social karena dia mempercayai bahwa ilmu pengetahuan dapat digunakan untuk
mengatasi masalah – masalah sosial tersebut. Dan Mead juga menentang gagasan
bahwa insting adalah sebagai dasar dari kepribadian manusia, karena dia melihat
bahwa komunikasi antar individu adalah sebagai inti dari pembentukan
kepribadian manusia itu. Dengan kata lain, kepribadian individu dibentuk
melalui komunikasi dengan orang lain serta citra diri dibangun melalui sarana
interaksi dengan orang lain.
George Herbert Mead mengembangkan teori atau konsep yang
dikenal sebagai Interaksionisme Simbolik. Berdasar dari beberapa konsep teori
dari tokoh – tokoh yang mempengaruhinya beserta pengembangan dari konsep –
konsep atau teori – teori tersebut, Mead mengemukakan bahwa dalam teori
Interaksionisme Simbolik, ide dasarnya adalah sebuah symbol, karena symbol ini
adalah suatu konsep mulia yang membedakan manusia dari binatang. Simbol ini
muncul akibat dari kebutuhan setiap individu untuk berinteraksi dengan orang
lain. Dan dalam proses berinteraksi tersebut pasti ada suatu tindakan atau
perbuatan yang diawali dengan pemikiran. Dalam tinjauannya di buku Mind,
Self and Society, Mead berpendapat bahwa bukan pikiran yang pertama kali
muncul, melainkan masyarakatlah yang terlebih dulu muncul dan baru diikuti
pemikiran yang muncul pada dalam diri masyarakat tersebut. Dan analisa George
Herbert Mead ini mencerminkan fakta bahwa masyarakat atau yang lebih umum
disebut kehidupan social menempati prioritas dalam analisanya, dan Mead selalu
memberi prioritas pada dunia social dalam memahami pengalaman social karena
keseluruhan kehidupan social mendahului pikiran individu secara logis maupun
temporer. Individu yang berpikir dan sadar diri tidak mungkin ada sebelum
kelompok social . Kelompok social hadir lebih dulu dan dia mengarah pada
perkembangan kondisi mental sadar – diri.
4. Ruang Lingkup
Dalam teorinya yang dinamakan Interaksionisme Simbolik
ini, George Herbert Mead mengemukakan beberapa raung lingkup yang mendasari
kajian dari teorinya, yaitu:
1.
Tindakan
Perbuatan bagi George Herbert
Mead adalah unit paling inti dalam teori ini, yang mana Mead menganalisa
perbuatan dengan pendekatan behavioris serta memusatkan perhatian pada stimulus
dan respon. Mead mengemukakan bahwa stimulus tidak selalu menimbulkan respon
otomatis seperti apa yang diperkirakan oleh actor, karena stimulus adalah
situasi atau peluang untuk bertindak dan bukannya suatu paksaan.
Mead menjelaskan bahwa ada
empat tahap yang masing-masing dari tahap tersebut saling berkaitan satu sama
lain dalam setiap perbuatan.
a) Impuls adalah tahap paling awal dalam
keempat tahap diatas. Dia adalah reaksi yang paling awal dimana dia berfungsi
untuk dirinya sendiri. Impuls melibatkan stimulasi inderawi secara langsung
dimana respon yang diberikan oleh actor adalah bertujuan untuk kebutuhan
dirinya sendiri. Contohnya adalah ketika seseorang mempunyai keinginan untuk
menonton film di bioskop.
b) Persepsi adalah tahapan kedua, dimana
dia adalah pertimbangan, bayangan maupun pikiran terhadap bagaimana cara untuk
bisa memenuhi impuls. Dalam tahapan ini, actor memberikan respon atau bereaksi
terhadap stimulus yang berkaitan dengan impuls tadi. Misal, berkaitan dengan
contoh impul diatas, ketika seseorang ingin menonton film di bioskop, maka dia
akan mencari
c) Manipulasi adalah tahapan selanjutnya yang masih berhubungan dengan
tahap-tahap sebelum. Dalam tahapan ini actor mengambil tindakan yang berkaitan
dengan obyek yang telah dipersepsikan. Bagi Mead, tahapan ini menciptakan jeda
temporer dalam proses tersebut, sehingga suatu respon tidak secara langsung
dapat terwujud.
d) Konsumsi adalah upaya terakhir untuk
merespon impuls. Dalam tahapan ini, dengan adanya pertimbangan maupun pemikiran
secara sadar, actor dapat mengambil keputusan atau tindakan yang umumnya akan
berorientasi untuk memuaskan impuls yang ada di awal tadi.
2.
Gestur
Mead mempunyai
pandangan bahwa gesture merupakan mekanisme dalam perbuatan social serta dalam
proses social. Gestur adalah gerak organisme pertama yang bertindak sebagai
stimulus yang menghasilkan respon dari pihak kedua sesuai dengan apa yang
diinginkan.
3.
Simbol
Simbol, dia adalah
jenis gestur yang hanya bisa dilakukan dan diinterpretasikan oleh manusia.
Gestur ini menjadi symbol ketika dia bisa membuat seorang individu mengeluarkan
respon – respon yang diharapkan olehnya yang juga diberikan oleh individu yang
menjadi sasaran dari gesturnya, karena hanya ketika symbol – symbol ini
dipahami dengan makna juga respon yang samalah seorang individu dapat
berkomunikasi dengan individu yang lainnya.
Dalam teori George Herbert
Mead, fungsi symbol adalah memungkinkan terbentuknya pikiran, proses mental dan
lain sebagainya.
4.
Mind (Pikiran)
George Herbert Mead
memandang akal budi bukan sebagai satu benda, melainkan sebagai suatu proses
social. Sekali pun ada manusia yang bertindak dengan skema aksi reaksi, namun
kebanyakan tindakan manusia melibatkan suatu proses mental, yang artinya bahwa
antara aksi dan reaksi terdapat suatu proses yang melibatkan pikiran atau
kegiatan mental.
Pikiran juga
menghasilkan suatu bahasa isyarat yang disebut symbol. Simbol – simbol yang
mempunyai arti bisa berbentuk gerak gerik atau gesture tapi juga bisa dalam
bentuk sebuah bahasa. Dan kemampuan manusia dalam menciptakan bahasa inilah
yeng membedakan manusia dengan hewan. Bahasa membuat manusia mampu untuk
mengartikan bukan hanya symbol yang berupa gerak gerik atau gesture, melainkan
juga mampu untuk mengartikan symbol yang berupa kata – kata. Kemampuan ini lah
yang memungkinkan manusia menjadi bisa melihat dirinya sendiri melalui
perspektif orang lain dimana hal ini sangatlah penting dalam mengerti arti –
arti bersama atau menciptakan respon yang sama terhadap symbol – symbol suara
yang sama. Dan agar kehidupan social tetap bertahan, maka seorang actor harus
bisa mengerti symbol – symbol dengan arti yang sama, yang berarti bahwa manusia
harus mengerti bahasa yang sama. Proses berpikir, bereaksi, dan berinteraksi
menjadi mungkin karena symbol – symbol yang penting dalam sebuah kelompok
social mempunyai arti yang sama dan menimbulkan reaksi yang sama pada orang
yang menggunakan symbol – symbol itu, maupun pada orang yang bereaksi terhadap
symbol – symbol itu.
Mead juga
menekankan pentingnya fleksibilitas dari mind (akal budi). Selain memahami
symbol-simbol yang sama dengan arti yang sama, fleksibilitas juga memungkinkan
untuk terjadinya interaksi dalam situasi tertentu, meski orang tidak mengerti
arti dari symbol yang diberikan. Hal itu berarti bahwa orang masih bisa
berinteraksi walaupun ada hal – hal yang membingungkan atau tidak mereka
mengerti, dan itu dimungkinkan karena akal budi yang bersifat fleksibel dari
pikiran.
Simbol verbal
sangat penting bagi Mead karena seorang manusia akan dapat mendengarkan dirinya
sendiri meski orang tersebut tidak bisa melihat tanda atau gerak gerik
fisiknya.
Konsep tentang arti
sangat penting bagi Mead. Suatu perbuatan bisa mempunyai arti kalau seseorang
bisa menggunakan akal budinya untuk menempatkan dirinya sendiri di dalam diri
orang lain, sehingga dia bisa menafsirkan pikiran – pikirannya dengan tepat.
Namun Mead juga mengatakan, bahwa arti tidak berasal dari akal budi melainkan
dari situasi social yang dengan kata lain, situasi social memberikan arti
kepada sesuatu.
5.
Self (Diri)
Mead menganggap
bahwa kemampuan untuk memberi jawaban pada diri sendiri layaknya memberi
jawaban pada orang lain, merupakan situasi penting dalam perkembangan akal
budi. Dan Mead juga berpendapat bahwa tubuh bukanlah riri, melinkan dia baru
menjadi diri ketika pikran telah perkembang. Dalam arti ini, Self bukan suatu
obyek melainkan suatu proses sadar yang mempunyai kemampuan untuk berpikir,
seperti :
a)
Mampu memberi jawaban kepada diri sendiri seperti orang lain yang juga
memberi jawaban.
b)
Mampu memberi jawaban seperti aturan, norma atau hokum yang juga memberi
jawaban padanya.
c)
Mampu untuk mengambil bagian dalam percakapan sendiri dengan orang lain.
d)
Mampu menyadari apa yang sedang dikatakan dan kemampuan untuk menggunakan
kesadaran untuk menentukan apa yang garus dilakukan pada fase berikutnya.
Bagi Mead, Self mengalami
perkembangan melalui proses sosialisasi, dan ada tiga fase dalam proses
sosialisasi tersebut. Pertama adalah Play Stage atau tahap bermain. Dalam fase
atau tahapan ini, seorang anak bermain atau memainkan peran orang – orang yang
dianggap penting baginya. Contoh ktika seorang anak laki – laki yang masih
kecil suka akan bermain bola, maka dia meminta dibelikan atribut yang
berhubungan degan bola dan brmain dengan atribut tersebut serta berpura – pura
menjadi pesepak bola idolanya. Fase kedua dalam proses sosialisasi serta proses
pembentukan konsep tentang diri adalah Game Stage atau tahap permainan, dimana
dalam tahapan ini seorang anak mengambil peran orang lian dan terlibat dalam
suatu organisasi yang lebih tinggi. Contoh Anak kecil yang suka bola yang tadinya
hanya berpura – pura mengambil peran orang lain, maka dalam tahapan ini anak
itu sudah berperan seperti idolanya dalam sebuah team sepak bola anak, dia akan
berusaha untuk mengorganisir teamnya dan bekerjasama dengan teamnya. Dengan
fase ini, anak belajar sesuatu yang melibatkan orang banyak, dan sesuatu yang
impersonal yaitu aturan – aturan dan norma – norma. Sedang fase ketiga adalah
generalized other, yaitu harapan-harapan, kebiasaan-kebiasaan, standar-standar
umum dalam masyarakat. Dalam fase ini anak-anak mengarahkan tingkah lakunya
berdasarkan standar-standar umum serta norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat. Contoh anak tadi dalam fase ini telah mengambil secara penuh
perannya dalam masyarakat. Dia menjadi pesepak bola handal dan dalam menjalankan
perannya sudah punya pemikiran dan pertimbangan. Jadi, dalam fase terakhir ini,
seorang anak menilai tindakannya berdasarkan norma yang berlaku dalam
masyarakat.
6.
I and Me
`Inti dari teori
George Herbert Mead yang penting adalah konsepnya tentang “I” and “Me”, yaitu
dimana diri seorang manusia sebagai subyek adalah “I” dan diri seorang manusia
sebagai obyek adalah “Me”. “I” adalah aspek diri yang bersifat non-reflektif
yang merupakan respon terhadap suatu perilaku spontan tanpa adanya
pertimbangan. Dan ketika didalam aksi dan reaksi terdapat suatu pertimbangan
ataupun pemikiran, maka pada saat itu “I” berubah menjadi “Me”.
Mead mengemukakan
bahwa seseorang yang menjadi “Me”, maka dia bertindak berdasarkan pertimbangan
terhadap norma-norma, generalized other, serta harapan-harapan orang lain.
Sedangkan “I” adalah ketika terdapat ruang spontanitas, sehingga muncul tingkah
laku spontan dan kreativitas diluar harapan dan norma yang ada.
7.
Society (Masyarakat)
Masyarakat dalam
konteks pembahasan George Herbert Mead dalam teori Interaksionisme Simbolik ini
bukanlah masyarakat dalam artian makro dengan segala struktur yang ada,
melainkan masyarakat dalam ruang lingkup yang lebih mikro, yaitu organisasi
social tempat akal budi (mind) serta diri (self) muncul. Bagi Mead dalam
pembahasan ini, masyarakat itu sebagai pola-pola interaksi dan institusi social
yang adalah hanya seperangkat respon yang biasa terjadi atas berlangsungnya
pola-pola interaksi tersebut, karena Mead berpendapat bahwa masyarakat ada
sebelum individu dan proses mental atau proses berpikir muncul dalam
masyarakat.
5. Kesimpulan
Jadi, pada dasarnya Teori Interasionisme Simbolik adalah
sebuah teori yang mempunyai inti bahwa manusia bertindak berdasarkan atas makna
– makna, dimana makna tersebut didapatkan dari interaksi dengan orang lain,
serta makna – makna itu terus berkembang dan disempurnakan pada saat interaksi
itu berlangsung.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking