A.
Konsep Dasar Tentang Agama
1.
Pengertian agama
Secara sederhana etimologi agama mengandung arti A
artinya tidak dan gama artinya kacau. Menurut Hendropuspito, agama adalah suatu
jenis system social yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berproses pada
kekuatan-kekuatan non-empiris yang dipercayai dan didayagunakan untuk mencapai
keselamatan bagi mereka dan masyarakat luas umumnya. Dalam kamus
sosiologi, pengertian agama ada tiga macam, yaitu (1) kepercayaan pada hal-hal
yang spiritual; (2) perangkat kepercayaan dan praktik-praktik spiritual yang
dianggap sebagai tujuan tersendiri; (3) ideology mengenai hal-hal yang bersifat
supranatural. Sementara itu, Thomas F.O’Dea mengatakan bahwa agama adalah
pendayagunaan sarana-sarana supra-empiris untuk maksud-maksud non-empiris atau
supra-empiris.
E..B. Tylor dalam buku perintisnya, primitive culture,
yang diterbitkan pada tahun 1871. Dia mendefinisikan agama sebagai “
kepercayaan terhadap adanya wujud-wujud spiritual”, definisi dari tylor itu
dikritik lebih jauh karena tampaknya definisi itu berimplikasi bahwa sasaran
sikap keagamaan selalu berupa wujud personal, padahal bukti antropologik yang
semakin banyak jumlahnya menunjukan bahwa wujud spiritual pun sering dipahami
sebagai kekuatan impersonal.
2.
Unsur-unsur agama
a)
Adanya keyakinan
pada yang gaib
b)
Adanya kitab suci
sebagai pedoman
c)
Adanya Rasul
pembawanya
d)
Adanya ajaran yang
bisa dipatuhi
e)
Adanya upacara
ibadah yang standar
3.
Macam-macam agama
Agama yang ada
di dunia ada dua jenis yaitu:
a.
Agama Samawi
Adalah agama yang turun dari langit seperti majusi,
yahudi, nasrani dam islam
b.
Agama Ardhi
Adalah agama yang diciptakan oleh manusia seperti budha,
hindu, konghuchu
4.
Dimensi Agama
a)
Dimensi
keyakinan
b)
Dimensi
pengetahuan
c)
Dimensi
konsekuensi
B.
Konsep Dasar Tentang Ilmu PengetahuaN
1.
Pengertian ilmu pengetahuan
Ilmu (atau ilmu
pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian
ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan
(knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang
disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui
dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk
karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
2.
Sejarah ilmu pengetahuan
Secara garis besar, Amsal Bakhtiar membagi periodeisasi
sejarah perkembangan ilmu pengetahuan menjadi empat periode: pada zaman Yunani
kuno, pada zaman Islam, pada zaman renaisans dan modern, dan pada zaman
kontemporer.
1. Ilmu Pengetahuan Zaman
Yunani Kuno
Yunani kuno sangat identik dengan filsafat. Ketika kata Yunani disebutkan,
maka yang terbesit di pikiran para peminat kajian keilmuan bisa dipastikan
adalah filsafat. Padahal filsafat dalam pengertian yang sederhana sudah ada
jauh sebelum para filosof klasik Yunani menekuni dan mengembangkannya. Filsafat
di tangan mereka menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi perkembangan ilmu
pengetahuan pada generasi-generasi setelahnya. Ia ibarat pembuka pintu-pintu
aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa hingga sekarang. Sehingga
wajar saja bila generasi-generasi setelahnya merasa berhutang budi padanya,
termasuk juga umat Islam pada abad pertengahan masehi bahkan hingga sekarang.
Tanpa mengkaji dan mengembangkan warisan filsafat Yunani rasanya sulit bagi
umat Islam kala itu merengkuh zaman keemasannya. Begitu juga orang Barat tanpa
mengkaji pengembangan filsafat Yunani yang dikembangkan oleh umat Islam rasanya
sulit bagi mereka membangun kembali peradaban mereka yang pernah mengalami
masa-masa kegelapan menjadi sangat maju dan mengungguli peradaban-peradaban
besar lainnya seperti sekarang ini.
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah
peradaban manusia karena pada waktu ini terjadi perubahan pola pikir manusia
dari mitosentris menjadi logosentris. Dari proses inilah kemudian ilmu
berkembang dari rahim filsafat yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk
teknologi. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani merupakan entri
poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia. Inilah titik awal manusia
menggunakan rasio untuk meneliti dan sekaligus mempertanyakan dirinya dan alam
jagad raya.
Filosof alam pertama yang mengkaji tentang asal-usul alam adalah Thales
(624-546 SM), setelah itu Anaximandros (610-540 SM), Heraklitos (540-480 SM),
Parmenides (515-440 SM), dan Phytagoras (580-500). Thales, yang dijuluki bapak
filsafat, berpendapat bahwa asal alam adalah air. Menurut Anaximandros
substansi pertama itu bersifat kekal, tidak terbatas, dan meliputi segalanya
yang dinamakan apeiron, bukan air atau tanah. Heraklitos melihat alam semesta
selalu dalam keadaan berubah. Baginya yang mendasar dalam alam semesta adalah
bukan bahannya, melainkan aktor dan penyebabnya yaitu api. Bertolak belakang
dengan Heraklitos, Parmenides berpendapat bahwa realitas merupakan keseluruhan
yang bersatu, tidak bergerak dan tidak berubah. Phytagoras berpendapat bahwa
bilangan adalah unsur utama alam dan sekaligus menjadi ukuran. Unsur-unsur
bilangan itu adalah genap dan ganjil, terbatas dan tidak terbatas. Jasa
Phytagoras sangat besar dalam pengembangan ilmu, terutama ilmu pasti dan ilmu
alam. Ilmu yang dikembangkan kemudian hari sampai hari ini sangat bergantung
pada pendekatan matematika. Jadi setiap filosof mempunyai pandangan berbeda
mengenai seluk beluk alam semesta. Perbedaan pandangan bukan selalu berarti
negatif, tetapi justeru merupakan kekayaan khazanah keilmuan. Terbukti sebagian
pandangan mereka mengilhami generasi setelahnya.
Setelah mereka kemudian muncul beberapa filosof Sofis sebagai reaksi
terhadap ketidakpuasan mereka terhadap jawaban dari para filosof alam dan
mengalihkan penelitian mereka dari alam ke manusia. Bagi mereka, manusia adalah
ukuran kebenaran sebagaimana diungkapkan oleh Protagoras (481-411 SM), tokoh
utama mereka. Pandangan ini merupakan cikal bakal humanisme. Menurutnya,
kebenaran bersifat subyektif dan relatif. Akibatnya, tidak akan ada ukuran yang
absolut dalam etika, metafisika, maupun agama. Bahkan dia tidak menganggap
teori matematika mempunyai kebenaran absolut. Selain Protagoras ada Gorgias
(483-375 SM). Menurutnya, penginderaan tidak dapat dipercaya. Ia adalah sumber
ilusi. Akal juga tidak mampu meyakinkan kita tentang alam semesta karena akal
kita telah diperdaya oleh dilema subyektifitas. Pengaruh positif gerakan kaum
sofis cukup terasa karena mereka membangkitkan semangat berfilsafat. Mereka
tidak memberikan jawaban final tentang etika, agama, dan metafisika.
Pandangan para filosof Sofis tersebut disanggah oleh para filosof
setelahnya seperti Socrates (470-399 SM), Plato (429-347 SM), dan Aristoteles
(384-322 SM). Menurut mereka, ada kebenaran obyektif yang bergantung kepada
manusia. Socrates membuktikan adanya kebenaran obyektif itu dengan menggunakan
metode yang bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan.
Menurutnya, kebenaran universal dapat ditemukan. Bagi Plato, esensi mempunyai
realitas yang ada di alam idea. Kebenaran umum ada bukan dibuat-buat bahkan
sudah ada di alam idea. Filsafat Yunani klasik mengalami puncaknya di tangan
Aristoteles. Dia adalah filosof yang pertama kali membagi filsafat pada hal
yang teoritis (logika, metafisika, dan fisika) dan praktis (etika, ekonomi, dan
politik). Pembagian ilmu inilah yang menjadi pedoman bagi klasifikasi ilmu di
kemudian hari. Dia dianggap sebagai bapak ilmu karena mampu meletakkan
dasar-dasar dan metode ilmiah secara sistematis. Karena demikian meresapnya
serta lamanya pengaruh ajaran-ajaran Plato dan Aristoteles, A.N. Whitehead
memberikan catatan bahwa segenap filsafat sesudah masa hidup keduanya
sesungguhnya merupakan usulan-usulan belaka terhadap ajaran-ajaran mereka.
Pendapat Whitehead tidak seluruhnya benar karena umat Islam, misalnya, selain
mengembangkan filsafat mereka, mereka juga melakukan inovasi di beberapa
persoalan filsafat Yunani sehingga memiliki karakteristik islami.
2. Ilmu Pengetahuan Zaman
Islam Klasik
Ilmu-ilmu keislaman seperti tafsir, hadis, fiqih, usul fiqih, dan teologi
sudah berkembang sejak masa-masa awal Islam hingga sekarang. Khusus dalam
bidang teologi, Muktazilah dianggap sebagai pembawa pemikiran-pemikiran
rasional. Menurut Harun Nasution, pemikiran rasional berkembang pada zaman
Islam klasik (650-1250 M). Pemikiran ini dipengaruhi oleh persepsi tentang
bagaimana tingginya kedudukan akal seperti yang terdapat dalam al-Qur`an dan
hadis. Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari Yunani melalui
filsafat dan sains Yunani yang berada di kota-kota pusat peradaban Yunani di
Dunia Islam Zaman Klasik, seperti Alexandria (Mesir), Jundisyapur (Irak),
Antakia (Syiria), dan Bactra (Persia).
W. Montgomery Watt menambahkan lebih rinci bahwa ketika Irak, Syiria, dan
Mesir diduduki oleh orang Arab pada abad ketujuh, ilmu pengetahuan dan filsafat
Yunani dikembangkan di berbagai pusat belajar. Terdapat sebuah sekolah terkenal
di Alexandria, Mesir, tetapi kemudian dipindahkan pertama kali ke Syiria, dan
kemudian –pada sekitar tahun 900 M– ke Baghdad. Kolese Kristen Nestorian di
Jundisyapur, pusat belajar yang paling penting, melahirkan dokter-dokter istana
Hārūn al-Rashīd dan penggantinya sepanjang sekitar seratus tahun. Akibat kontak
semacam ini, para khalifah dan para pemimpin kaum Muslim lainnya menyadari apa
yang harus dipelajari dari ilmu pengetahuan Yunani. Mereka mengagendakan agar
menerjemahkan sejumlah buku penting dapat diterjemahkan. Beberapa terjemahan
sudah mulai dikerjakan pada abad kedelapan. Penerjemahan secara serius baru
dimulai pada masa pemerintahan al-Ma’mūn (813-833 M). Dia mendirikan Bayt
al-ikmah, sebuah lembaga khusus penerjemahan. Sejak saat itu dan seterusnya,
terdapat banjir penerjemahan besar-besaran. Penerjemahan terus berlangsung
sepanjang abad kesembilan dan sebagian besar abad kesepuluh.
3.
Ilmu Pengetahuan Zaman Renaisans dan Modern
Michelet, sejarahwan terkenal, adalah orang pertama yang menggunakan
istilah renaisans. Para sejarahwan biasanya menggunakan istilah ini untuk
menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya di Eropa, dan
lebih khusus lagi di Italia sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Agak sulit
menentukan garis batas yang jelas antara abad pertengahan, zaman renaisans, dan
zaman modern. Bisa dikatakan abad pertengahan berakhir tatkala datangnya zaman
renaisans. Sebagian orang menganggap bahwa zaman modern hanyalah perluasan dari
zaman renaisans. Renaisans adalah periode perkembangan peradaban yang terletak
di ujung atau sesudah abad kegelapan sampai muncul abad modern. Renaisans
merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung
arti bagi perkembangan ilmu. Ciri utama renaisans yaitu humanisme,
individualisme, sekulerisme, empirisisme, dan rasionalisme. Sains berkembang
karena semangat dan hasil empirisisme, sementara Kristen semakin ditinggalkan
karena semangat humanisme.
Tokoh penemu di bidang sains pada masa renaisans (abad 15-16 M): Nicolaus
Copernicus (1473-1543 M), Johanes Kepler (1571-1630 M), Galileo Galilei
(1564-1643 M), dan Francis Bacon (1561-1626 M). Copernicus menemukan teori
heliosentrisme, yaitu matahari adalah pusat jagad raya, bukan bumi sebagaimana
teori geosentrisme yang dikemukakan oleh Ptolomeus (127-151). Menurutnya, bumi
memiliki dua macam gerak, yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya dan gerak
tahunan mengelilingi matahari. Teori ini melahirkan revolusi pemikiran tentang
alam semesta, terutama astronomi. Kepler adalah ahli astronomi Jerman yang
terpengaruh ajaran Copernicus. Dialah yang menemukan bahwa orbit planet berbentuk
elips; bahwa planet bergerak cepat bila berada di dekat matahari dan lambat
bila jauh darinya. Galileo adalah ahli astronomi Italia yang melakukan
pengamatan teleskopik dan mengukuhkan gagasan Copernicus bahwa tata surya
berpusat pada matahari. Inkuisi takut akan penemuannya dan memaksanya
meninggalkan studi astronominya. Dia juga berjasa dalam menetapkan hukum
lintasan peluru, gerak, dan percepatan. Dialah penemu planet Jupiter yang
dikelilingi oleh empat buah bulan.
Selanjutnya tokoh
penemu di bidang sains pada zaman modern (abad 17-19 M): Sir Isaac Newton
(1643-1727 M), Leibniz (1646-1716 M), Joseph Black (1728-1799 M), Joseph
Prestley (1733-1804 M), Antonie Laurent Lavoiser (1743-1794 M), dan J.J.
Thompson. Newton adalah penemu teori gravitasi, perhitungan calculus, dan
optika yang mendasari ilmu alam. Pada masa Newton, ilmu yang berkembang adalah
matematika, fisika, dan astronomi. Pada periode selanjutnya ilmu kimia menjadi
kajian yang amat menarik. Black adalah pelopor dalam pemeriksaan kualitatif dan
penemu gas CO2. Prestley menemukan sembilan macam hawa No dan oksigen yang
antara lain dapat dihasilkan oleh tanaman. Lavoiser adalah peletak dasar ilmu
kimia sebagaimana kita kenal sekarang. J.J. Thompson menemukan elektron. Dengan
penemuannya ini, maka runtuhlah anggapan bahwa atom adalah bahan terkecil dan
mulailah ilmu baru dalam kerangka kimia-fisika yaitu fisika nuklir.
Perkembangan ilmu pada abad ke-18 telah melahirkan ilmu seperti taksonomi,
ekonomi, kalkulus, dan statistika, sementara pada abad ke-19 lahirlah
pharmakologi, geofisika, geomophologi, palaentologi, arkeologi, dan sosiologi.
Pada tahap selanjutnya, ilmu-ilmu zaman modern memengaruhi perkembangan ilmu
zaman kontemporer.
4.
Ilmu Pengetahuan Zaman Kontemporer
Perbedaan antara zaman modern dengan zaman kontemporer yaitu zaman modern
adalah era perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan
zaman kontemporer adalah era perkembangan terakhir yang terjadi hingga
sekarang. Perkembangan ilmu di zaman ini meliputi hampir seluruh bidang ilmu
dan teknologi, ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, psikologi,
ekonomi, hukum, dan politik serta ilmu-ilmu eksakta seperti fisika, kimia, dan
biologi serta aplikasi-aplikasinya di bidang teknologi rekayasa genetika,
informasi, dan komunikasi. Zaman kontemporer identik dengan rekonstruksi,
dekonstruksi, dan inovasi-inovasi teknologi di berbagai bidang.
Sasaran rekonstruksi dan dekonstruksi biasanya teori-teori ilmu sosial,
eksakta, dan filsafat yang ada sudah ada sebelumnya, sementara inovasi-inovasi
teknologi semakin hari semakin cepat seperti yang kita saksikan dan nikmati
sekarang ini. Teknologi merupakan buah dari perkembangan ilmu pengetahuan yang
dikembangkan dari generasi ke generasi. Komputer merupakan hasil pengembangan
dari perkembangan listrik (elektronika) yang pada awal penemuannya oleh Faraday
belum diketahui kegunaannya. Penemuan bola lampu oleh Edison disusul oleh
penemuan radio, televisi, dan komputer. Dari komputer berkembang ke PC (private
computer), lap top, dan terakhir simuter yaitu komputer jenis PDA (personal
digital assistans).Semua contoh ini merupakan bukti bahwa penemuan teknologi
sebagai buah perkembangan ilmu masih berkaitan dengan penemuan-penemuan
sebelumnya yang kemudian dikembangkan dengan ukuran fisik yang semakin kecil,
tetapi memiliki beragam keunggulan yang lebih besar.
Salah satu hasil teknologi yang menakjubkan dan kontroversial adalah
teknologi rekayasa genetika yang berupa teknologi kloning. Dr. Gurdon dari
Universitas Cambridge adalah orang pertama yang melakukan teknologi ini pada
tahun 1961. Gurdon berhasil memanipulasi telur-telur katak sehingga tumbuh
menjadi kecebong kloning. Pada tahun 1993, Dr. Jerry Hall berhasil mengkloning
embrio manusia dengan teknik pembelahan. Pada tahun 1997, Dr. Ian Wilmut
berhasil melakukan kloning mamalia pertama dengan kelahiran domba yang diberi
nama Dolly. Pada tahun yang sama lahir lembu kloning pertama yang diberi mana
Gene. Pada tahun 1998, para peneliti di Universitas Hawai yang dipimpin oleh
Dr. Teruhiko Wakayama berhasil melakukan kloning terhadap tikus hingga lebih
dari lima generasi. Pada tahun 2000, Prof. Gerald Schatten berhasil membuat
kera kloning yang diberi nama Tetra. Setelah berbagai keberhasilan teknik
kloning yang pernah dilakukan, para ahli malah lebih berencana menerapkan
teknik kloning pada manusia.
3.
Syarat-syarat ilmu
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus
tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu
dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah
sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah
ada lebih dahulu.
1.
Objektif.
2.
Metodis
3.
Sistematis.
4.
Universal
C.
Konsep Dasar Tentang
Ideologi
1.
Pengertian ideologi
a.
Destertt de Tracy: Ideologi adalah studi terhadap ide
– ide/pemikiran tertentu.
b.
Descartes: Ideologi adalah inti dari semua pemikiran
manusia.
c.
N. Machiavelli: Ideologi adalah sistem perlindungan
kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa.
d.
Thomas H: Ideologi adalah suatu cara untuk melindungi
kekuasaan pemerintah agar dapat bertahan dan mengatur rakyatnya.
e.
Francis Bacon: Ideologi adalah sintesa pemikiran
mendasar dari suatu konsep hidup.
f.
Karl Marx: Ideologi merupakan alat untuk mencapai
kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat.
g.
Napoleon: Ideologi keseluruhan pemikiran politik dari
rival–rivalnya.
h.
Muhammad Muhammad Ismail: Ideologi (Mabda’) adalah
Al-Fikru al-asasi al-ladzi hubna Qablahu Fikrun Akhar, pemikiran mendasar yang
sama sekali tidak dibangun (disandarkan) di atas pemikiran pemikiran yang lain.
Pemikiran mendasar ini merupakan akumulasi jawaban atas pertanyaan dari mana,
untuk apa dan mau kemana alam, manusia dan kehidupan ini yang dihubungkan
dengan asal muasal penciptaannya dan kehidupan setelahnya?
i.
Dr. Hafidh Shaleh: Ideologi adalah sebuah pemikiran
yang mempunyai ide berupa konsepsi rasional (aqidah aqliyah), yang meliputi
akidah dan solusi atas seluruh problem kehidupan manusia. Pemikiran tersebut
harus mempunyai metode, yang meliputi metode untuk mengaktualisasikan ide dan
solusi tersebut, metode mempertahankannya, serta metode menyebarkannya ke
seluruh dunia.
j.
An-Nabhani: Mabda’ adalah suatu aqidah aqliyah yang
melahirkan peraturan. Yang dimaksud aqidah adalah pemikiran yang menyeluruh
tentang alam semesta, manusia, dan hidup, serta tentang apa yang ada sebelum
dan setelah kehidupan, di samping hubungannya dengan Zat yang ada sebelum dan
sesudah alam kehidupan di dunia ini. Atau Mabda’ adalah suatu ide dasar yang
menyeluruh mengenai alam semesta, manusia, dan hidup. Mencakup dua bagian
yaitu, fikrah dan thariqah.
2.
Serajarah Ideologi
Ideologi adalah
kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan oleh Destutt
de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan “sains
tentang ide“. Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai
cara memandang segala sesuatu. Secara umum bisa diartikan sekelompok ide
yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota masyarakat.
Tujuan utama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses
pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya
sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat
konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik
mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir
yang eksplisit.(definisi ideologi Marxisme).
3.
Fungsi Ideologi
Setelah
mengetahui pengertian ideologi, kita juga harus mengetahui fungsi dari ideologi
tersebut. Soerjanto Poespowardojo mengemukakan fungsi ideologi sebagai berikut:
a.
Struktur kognitif, yakni keseluruhan pengetahuan yang
dapat merupakan landasan untuk memahami kejadian dalam keadaan alam sekitarnya.
b.
Orientasi dasar, dengan membuka wawasan yang memberikan
makna serta menunjukkan tujuan dalam kehidupan masyarakat.
c.
Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi
seseorang.
d.
Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menentukan
identitasnya.
e.
Kemampuan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang
untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
f.
Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami,
menghayati, serta mempolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan
norma-norma yang terkandung didalamnya.
Kesimpulan yang
bisa ditarik adalah sekalipun pengertian ideologi bervariasi, tetapi jika
dicermati sesungguhnya terkandung inti-inti kesamaan. Kesamaan-kesamaannya,
yakni ideologi adalah prinsip, dasar, arah, dan tujuan dalam kehidupan. Selain
mengetahui pengertian ideologi, kita juga harus mengetahui fungsi ideologi.
Ideologi berfungsi mendasari kehidupan masyarakat sehingga mampu menjadi
landasan, pedoman, dan bekal serta jalan bagi suatu kelompok, masyarakat,
bangsa, dan negara.
4.
Ideologi dan Perbandingannya
a.
Liberalisme
Mengenai konsep liberalisme, dapat kita tarik beberapa
pokok pemikiran yang terkandung di dalamnya, sebagai berikut:
Ø inti pemikiran
: kebebasan individu
Ø perkembangan :
berkembang sebagai respons terhadap pola kekuasaan negara yang absolut, pada
tumbuhnya negara otoriter yang disertai dengan pembatasan ketat melalui
berbagai undang-undang dan peraturan terhadap warganegara
Ø landasan
pemikirannya adalah bahwa menusia pada hakikatnya adalah baik dan
berbudi-pekerti, tanpa harus diadakannya pola-pola pengaturan yang ketat dan
bersifat memaksa terhadapnya.
Ø system
pemerintahan (harus): demokrasi
b.
Konservatisme
Hal atau unsure yang terkandung di dalamnya, antara lain:
Ø inti pemikiran
: memelihara kondisi yang ada, mempertahankan kestabilan, baik berupa
kestabilan yang dinamis maupun kestabilan yang statis. Tidak jarang pula bahwa
pola pemikiran ini dilandasi oleh kenangan manis mengenai kondisi kini dan masa
lampau
Ø filsafatnya
adalah bahwa perubahan tidak selalu berarti kemajuan. Oleh karena itu,
sebaiknya perubahan berlangsung tahap demi tahap, tanpa menggoncang struktur
social politik dalam negara atau masyarakat yang bersangkutan.
Ø landasan
pemikirannya adalah bahwa pada dasarnya manusia lemah dan terdapat “evil
instinct and desires” dalam dirinya. oleh karena itu perlu pola-pola
pengendalian melalui peraturan yang ketat
Ø system
pemerintahan (boleh): demokrasi, otoriter
c.
Komunisme
Gelombang komunisme abad kedua puluh
ini, tidak bisa dilepaskan dari kehadiran Partai Bolshevik di Rusia.
Gerakan-gerakan komunisme international yang tumbuh sampai sekarang boleh
dikatakan merupakan perkembangan dari Partai Bolshevik yang didirikan oleh
Lenin
Ø Inti pemikiran:
perjuangan kelas dan penghapusan kelas-kelas dimasyarakat, sehingga negara
hanya sasaran antara.
Ø Landasan
pemikiran : a. Penolakan situasi dan kondisi masa lampau, baik secara tegas
ataupun tidak, b. Analisa yang cendrung negatif terhadap situasi dan kondisi
yang ada, c. Berisi resep perbaikan untuk masa depan dan, d. Rencana-rencana
tindakan jangka pendek yang memungkinkan terwujudnya tujuan-tujuan yang
berbeda-beda.
Ø System
pemerintahan (hanya): otoriter/totaliter/dictator
d.
Marxisme
Marxisme, dalam batas-batas tertentu
bisa dipandang sebagai jembatan antara revolusi Prancis dan revolusi Proletar
Rusia tahun 1917. Untuk memahami Marxisme sebagai satu ajaran filsafat dan
doktrin revolusioner, serta kaitannya dengan gerakan komunisme di Uni Soviet
maupun di bagian dunia lainnya, barangkali perlu mengetahui terlebih dahulu
kerangka histories Marxisme itu sendiri.
Berbicara masalah Marxisme, memang tidak bisa lepas dari nama-nama tokoh seperti Karl Marx (1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-1895). Kedua tokoh inilah yang mulai mengembangkan akar-akar komunisme dalam pengertiannya yang sekarang ini. Transisi dari kondisi masyarakat agraris ke arah industrialisasi menjadi landasan kedua tokoh diatas dalam mengembangkan pemikirannya. Dimana eropa barat telah menjdai pusat ekonomi dunia, dan adanya kenyataan di mana Inggris Raya berhasil menciptakan model perkembangan ekonomi dan demokrasi politik.
Berbicara masalah Marxisme, memang tidak bisa lepas dari nama-nama tokoh seperti Karl Marx (1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-1895). Kedua tokoh inilah yang mulai mengembangkan akar-akar komunisme dalam pengertiannya yang sekarang ini. Transisi dari kondisi masyarakat agraris ke arah industrialisasi menjadi landasan kedua tokoh diatas dalam mengembangkan pemikirannya. Dimana eropa barat telah menjdai pusat ekonomi dunia, dan adanya kenyataan di mana Inggris Raya berhasil menciptakan model perkembangan ekonomi dan demokrasi politik.
Tiga hal yang merupakan komponen dasar
dari Marxisme adalah :
1.
filsafat dialectical and historical materialism
2.
sikap terhadap masyarakat kapitalis yang bertumpu pada
teori nilai tenaga kerja dari David Ricardo (1772) dan Adam Smith (1723-1790)
3.
menyangkut teori negara dan teori revolusi yang
dikembangkan atas dasar konsep perjuangan kelas. Konsep ini dipandang mampu
membawa masyarakat ke arah komunitas kelas.
Dalam teori yang dikembangkannya, Marx memang meminjam
metode dialektika Hegel. Menurut metode tersebut, perubahan-perubahan dalam
pemikiran, sifat dan bahkan perubahan masyarakat itu sendiri berlangsung
melalui tiga tahap, yaitu tesis (affirmation), antitesis (negation), dan
sintesisI (unification). Dalam hubungan ini Marx cendrung mendasarkan pemikiran
kepada argumentasi Hegel yang menandaskan bahwa kontradiksi dan konflik dari
berbagai hal yang saling berlawanan satu sama lain sebenarnya bisa membawa
pergeseran kehidupan social-politik dari tingkat yang sebelumnya ke tingkat
yang lebih tinggi. Selain dari itu, suatu tingkat kemajuan akan bisa dicapai
dengan jalan menghancurkan hal-hal yang lama dan sekaligus memunculkan hal-hal
yang baru.
e.
Feminisme
Ø Inti pemikiran
: emansipasi wanita
Ø Landasan
pemikiran: bahwa wanita tidak hanya berkutat pada urusan wanita saja melainkan
juga dapat melakukan seprti apa yang dilakukan oleh pria. Wanita dapat melakukan
apa saja.
Ø System
pemerintahan: demokrasi
f.
Sosialisme
Hal-hal pokok yang terkandung dalam Sosialisme, adalah:
Ø inti pemikiran
: kolektifitas (kebersamaan) (gotong royong)
Ø filsafatnya :
pemerataan dan kesederajatan bahwa pengaturan agar setiap orang diperlakukan
sama dan ada pemerataan dalm berbagai hal (pemerataan kesempatan kerja, pemerataan
kesempatan berusaha,dll)
Ø landasan
pemikiran : bahwa masyarakat dan juga negara adalah suatu pola kehidupan
bersama. Manusia tidak bisa hidup sendiri-sendiri, dan manusia akan lebih baik
serta layak kehidupannya jika ada kerja sama melalui fungsi yang dilaksakan
oleh negara
Ø system
pemerintahan (boleh): demokrasi, otoriter
g.
Fasisme
Semboyan fasisme adalah “Crediere,
Obediere, Combattere” (yakinlah, tunduklah, berjuanglah). Berkembang di Italia,
antara tahun 1992-1943. setelah Benito Musolini terbunuh tahun 1943, fasisme di
Italia berakhir. Demikian pula Nazisme di Jerman. Namun, sebagai suatu bentuk
ideology, fasisme tetap ada. Fasisme banyak kemiripannya dengan teori pemikiran
Machiavelistis dari Niccolo Machiavelli, yang menegaskan bahwa negara dan
pemerintah perelu bertindak keras agar “ditakuti” oleh rakyat. fasisme di
Italis (=Nazisme di Jerman), sebagai system pemerintahan otoriter dictator
memang berhasil menyelamatkan Italia pada masa itu (1922-1943) dari anarkisme
dan dari komunism. Walaupun begitu, kenyataannya adalah, bahwa fasisme telah
menginjak-nginjak demokrasi dan hak asasi.
Ø Inti pemikiran
: negara diperlukan untuk mengatur masyarakat
Ø filsafat :
rakyat diperintah dengan cara-cara yang membuat mereka takut dan dengan
demikian patuh kepada pemerintah. Lalu, pemerintah yang mengatur segalanya
mengenai apa yang diperlukan dan apa yang tidak diperlukan oleh rakyat
Ø landasan
pemikiran : suatu bangsa perlu mempunyai pemerintahan yang kuat dan berwibawa
sepenuhnya atas berbagai kepentingan rakyat dan dalam hubungannya dengan
bangsa-bangsa lain. oleh karena itu, kekuasaan negara perlu dipergang koalisi
sipil dengan militer yaitu partai yang berkuasa (fasis di Italia, Nazi di
Jerman, Peronista di Argentina) bersama-sama pihak angkatan bersenjata
Ø system
pemerintahan (harus) : otoriter
h.
Kapitalisme
Kapitalisme adalah bentuk system perokonomian
Ø inti pemikiran
: perkonomian individu
Ø fisafat :
negara tidak boleh mencampuri kegiatan-kegiatan perekonomian, khususnya
menyangkut kegiatan perekonomian perseorangan
Ø landasan
pemikiran : kebebasan ekonomi yang bersifat perseorangan pada instansi terakhir
akan mampu mengangkat kemajuan perekonomian seluruh masyarakat
Ø system
pemerintahan : demokrasi.
i.
Demokrasi
Demokrasi artinya hukum untuk rakyat
oleh rakyat. kata ini merupakan himpunan dari dua kata : demos yang berarti
rakyat, dan kratos berarti kekuasaan. Jadi artinya kekuasaan ditangan rakyat.
Sebenarnya pemikiran untuk melibatkan rakyat
dalam kekuasaan sudah muncul sejak zaman dahulu. Di beberapa kota Yunani
didapatkan bukti nyata yang menguatkan hal ini, seperti di Athena dan Sparta.
Hal ini pernah diungkapkan Plato, bahwa sumber kepemimpinan ialah kehendak yang
bersatu milik rakyat. dalam suatu kesempatan Aristoteles menjelaskan
macam-macam pemerintahan, dengan berkata,“ada tiga mcam pemerintahan: kerajaan,
aristokrasi, republik, atau rakyat memagang sendiri kendali urusannya.”
Ø inti pemikiran:
kedaulatan ditangan rakyat
Ø filsafat :
menurut Dr. M. Kamil Lailah menetapkan tiga macam justifikasi ilmiah dari
prinsip demokrasi, yaitu: a. ditilik dari pangkal tolak dan perimabngan yang
benar, bahwa system ini dimaksudkan untuk kepentingan social dan bukan untuk
kepentingan individu, b. unjustifikasi berbagai macam teori yang bersebrangan
dengan prinsip demokrasi, c. opini umum dan pengaruhnya
Ø landasan
pemikiran. Rakyat membuat ketetapan hukum bagi dirinya sendiri lewat dewan
perwakilan, yang kemudian dilaksanakan oleh pihak pemerintah atau eksekutif.
Ø system
pemerintahan (harus) : domokrasi
j.
Neoliberalisme
Ø Inti pemikiran
: mengembalikan kebebasan individu
Ø filsafat :
sebagai perkembangan dari liberalisme
Ø landasan
pemikiran : setiap manusia pada hakikatnya baik dan berbudi pekerti
Ø system
pemerintahan : demokrasi
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking