Maandag 06 Mei 2013

PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN

A.     PENGERTIAN PERUBAHAN SOSIAL
Perubahan merupakan sebuah kewajaran dan berlangsung dalam kurung waktu tertentu dan manusia tidak akan mempu menghindarkan diri dari perubahan itu bahkan manusia dituntut untuk selalu mengalami perubahan disegala bidang baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, dan keagamaan. Namun setiap perubahan yang terjadi tetap memberikan konsekwensi bagi kelangsungan hidup manusia dalam bermasyakat baik berupa negatif maupun efek positif.
Sehingga devinis perubahan sosial sosial adalah Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur dan sistem sosial yang mengatur pola kehidupan masyarakat. (Koentjarangingrat 1991: 31)
B.      LATAR BELAKANG PERUBAHAN SOSIAL
Dalam sejarah ada banyak teori mengenai sebab musabab terjadinya perubahan sosial. Ada yang berpendapat bahwa masyarakat berubah kerna adanya perubahan “Ide”. Max Weber adalah sala satu penganut teori ini. Dalam The Sociology Of Religion dan The Protestant Etnic and The Spirit Of Capitalims, Max Weber banyak menekankan betapa pengaruhnya ide terhadap suatu masyarakat. Sejumlah peneliti max weber juga mengatakan bahwa tesis utama dari weberianisme adalah pengakuan terhadap peranan besar ideologi sebagi variabel independensi bagi perkembangan masyarakat. Sudah tentu, strategi perubahan sosial sangat bergantung pada apa yang kita anggap sebagai sebab musabab terjadinya perubahan. Kedua, yang mempengaruhi perubahan sosial sosial adalah “Great Individuals” (tokoh-tokoh besar) yang sering pula di sebut dengan Heroes (para pahlawan). Sala satu pengikut teori ini adalah Thomas Carlyle (1795-1881). Dalam bukunya yang berjudul On Heroes (Para Pahlawan), Hero-Worship (Pemuja-Pahlawan), Dan The Heroic In History dan (kepahlawanan dalam sejarah). Carlyle menekankan bagaimana perubahan sosial itu terjadi karna munculnya orang-orang yang di anggap punya kemampuan baaik secara keilmuan maupun kemampuan yanga lain. Sehingga carlyle mangatakan “sejarah dunia...adalah biografi orang-orang besar.”. oleh sebab itu perubahan sosial terjadi karna munculnya para tokoh atau pahlawana yang dapat menarik simpati para pengikutnya yang setia. Kemudia bersama para simpatisan itu, para pahlawan melancarkan gerakan untuk merubah masyarakat. Inilah yang oleh para sosiolog di namakan dengan Great Individuls As Histirocal Force.  Ketiga, bisa terjadi kerna munculnya Sosial Movemen (gerakan sosial). Lembaga swadaya masyarakat (LSM) merupakan gerakan sosial. Berbagai LSM di luar negeri telah terbukti dapat menimbulakan perubahan sosial. Di samping itu organisasi sosial merupakan wadah yang dapat menimbulka perubahan sosial.

C.      Strategi Pengaruh Perubahan Sosial
Perubahan sosial bisa juga di lakukan dengan Revolusi. Revolusi atau poeple power merupakan bagian dari strategi perubahan sosial yaitu dengan cara kekuasaan. Dan revolusi merupak puncak dari semua bentuk perubahan sosial. Kerana, ia menyentuh segenap sudut dan dimensi sosial secara radikal, massal, cepat, mencolok dan mengundang gejolak intelektual dan emosional dari semua orang yang terlibat di dalamnya.
Strategi perubahan sosial yang lain adalah Persuasive Strategi (strategi persuasif). Dalam strategi ini, media masa bisa sangt berperan. Karna pada umumnya, strategi persuasif di jalankan lewat pembentukan opini dan pandangan masyarakat yang tidak lain media masa. Bahka dengan melaui media masa masyarakat dapat memberikan sebuah pandangan tentang bagaimana hal yang di lakukan dalam mencapai perubahan sosial, di samping informasi yang merekan dapatkan melaui media masa dapat merubah pandangannya akan hal itu.
Untuk melakukan perubahan sosial hal yang terakhir yang dilakukan adalah adalah Normatif-Redukatif. Normatif asal kata norma yang berarti antara yang berlaku didalam masyarakat. Posisi kunci norma-norma sosial dalam bermasyarakat telah diakui secara luas oleh hampir semua ilmuwan sosial. Norma termasyarakatkan lewat lewat pendidikan. Oleh sebab itu, strategi normatif ini umumnya di gandengkan dengan upaya Reeducation (pendidikan ulang) untuk menanamkan dan menggantikan paradigma berpikir masyarakat yang lama dengan yang baru. Jadi strategi telah banyak bersifat  persuasif dan bertahap. Lain halnya dengan revolusi yang di sebut sebagai perubahan secara cepat.

A.     PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN
1)      Pengarauh politik terhadap pembangunan
Pemikiran Coleman tidak berbeda jauh dengan pemikiran Smelser dimana keduanya melakukan pendekatan dengan Diferensiasi. Coleman diferensiasinya di bidang politik sedangkan Smelser kajian sosiologis. Diferensiasi politik dari Coleman dimaksudkan bahwa:
Diferensiasi politik lebih menuju kepada system politik modern yang didalamnya memiliki lembaga-lembaga politik yang satu sama lainnya akan saling terkait.
-          Diferensiasi politik akan menuju kepada prinsip kesamaan dan keadilan yang merupakan etos kerja masyarakat modern.
-          Dari diferensiasi politik yang berkeadilan akan mempunyai pengaruh yang baik terhadap perkembangan kemampuan system politik.
Dari diferensiasi politik Coleman pun mengakui bahwa ada efek sampingan yaitu:
a.      Adanya ketegangan dan perpecahan dalam sistem politik.
b.      Terdapat krisis identitas nasional pada masa peralihan dari masyarakat primordial ke modern.
c.       Krisis legitimasi pemerintahan baru.
d.      Ketidakmampuan pemerintah pusat melaksanakan secara efisien apa yang telah menjadi keputusan politiknya keseluruh pelosok tanah airnya.
e.      Rendahnya partisipasi politik karena tidak tersedianya lembaga penghubung dan penyalur tuntutan politik masyarakat ke negara.
f.        Krisis integrasi dan koordinasi berbagai kelompok politik dominan.
g.      Krisis distribusi ketika negara tidak mampu mencapai pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasilnya sesuai dengan harapan masyarakat.

2)      Pengarauh pendidikan terhadap pembangunan
Faktor pendidikan dapat merupakan faktor penyebab dan sekaligus dapat menjadi faktor yang disebabkan oleh perubahan sosial di bidang lain, seperti dari bidang ekonomi dan politik. Perubahan sosial dilihat dari pendekatan dalam bidang pendidikan bukan merupakan perubahan yang berlangsung secara alamiah, tetapi di dalamnya diperlukan perencanaan, kemudian dilaksanakan, dan selanjutnya dievaluasi untuk melihat perubahan pendidikan yang terjadi dalam satu periode. Ada lima pendekatan perubahan yang ditampilkan dan dapat digunakan untuk menilai keberhasilan perubahan sosial yang berkaitan dengan pelayanan pendidikan, yaitu;
(a) perubahan input (orientasi masukan) seperti tingkat alokasi anggaran yang digunakan ke dalam sektor pendidikan;
(b) perubahan output (luaran atau perubahan jangka pendek) atau sering pula disebut sebagai pendekatan efektivitas pelayanan, yakni dinilai dari tingkat realisasi program-program pelayanan pendidikan dalam suatu periode;
 (c) perubahan outcomes (perubahan atau luaran jangka menengah), antara lain dapat dideteksi melalui Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan rata-rata lama pendidikan penduduk di suatu komunitas;
(d) perubahan asas manfaat (pendekatan benefits) yang antara lain dapat dinilai dari penggunaan ilmu pengetahuan ke dalam kegiatan setiap hari;
(e) pendekatan perubahan jangka panjang (impact atau dampak) yang antara lain bentuknya dapat dilihat dari membaiknya pendidikan sehingga menyebabkan kesejahteraan masyarakat semakin meningkat di suatu komunitas atau wilayah.
3)      Pengarauh budaya terhadap pembangunan
Kebudayaan diartikan sebagai segala sesuatu yang pernah dihasilkan manusia yang berasal dari pemikirannya. Tiga wujud utama dari kebudayaan adalah:
a.      keseluruhan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan ketentuan lainnya yang berperan mengarahkan kelakuan masyarakat disebut sebagai “adat dan kelakuan”
b.      Kemudian keseluruhan aktivitas kelakuan berpola dari manusia yang berlaku di masyarakat yang selanjutnya disebut “sistem sosial”  
c.       keseluruhan karya manusia yang berbentuk fisik.

Pembangunan kebudayaan pada dasarnya dapat diklasifikasikan ke dalam dua orientasi, yaitu orientasi kepada manusia dan orientasi kepada negara. Pembangunan yang berorientasi kepada manusia kurang lebih berjalan seiring dengan konsep-konsep partisipasi masyarakat (aspirasi dari bawah), sementara orientasi kepada negara lebih bersifat sentralistis (kebanyakan ditentukan oleh negara). Secara ideal, pembangunan kebudayaan bangsa adalah mengoptimalkan ke dua sisi ini.  
Pelaksanaan pembangunan kebudayaan bangsa dapat menimbulkan perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya yang selanjutnya berpengaruh kepada sikap mental, pola pikir, dan pola perilaku keluarga atau masyarakat Indonesia. Perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya di satu sisi dapat menjadi pendorong ke arah kondisi kehidupan yang lebih baik, tetapi di sisi lain dapat menjadi bumerang yang memosisikan manusia sebagai objek yang kehilangan nilai kemanusiaannya, bahkan melanggar hak asasinya.



Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking