Dinsdag 28 Mei 2013

AGAMA DAN KETEGANGAN MANUSIA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pola kehidupan masyarakat yang penuh dengan dinamika dan gejolak semakin hari semakin tidak terkendali, gaya hidup dan tata perilaku manusia akan selalu disesuaikan dengan tingkat perubahan yang ada. Ketidakmampaun manusia dalam menyusuaikan diri dengan perubahan yang begitu cepat membuat manusia mengalami cultura lag (gonjangan budaya), rasa frustasi, kegelisahan serta gejolak kejiwaan yang sangat ekstrim. Dalam hal demikian agama memiliki peran sentral dalam mempengaruhi pola pikir dan kejiwaan setiap individu.
      Hal serupa yang pernah terjadi sepanjang sejarah manusia yaitu pada saat revolusi prancis, dinamika sosial dan politik prancis pada tahun 1789 sampai 1799 membawa efek yang besar terhadap kaedaan psikologis masyarakat. Dimana individu mengalami rasa ketegangan dan frustasi yang begitu tinggi akibat tekanan psikologis dari pemerintah pada saat prancis dibawah kekuasaan gerejah. Masyarakat dibantai tanpa rasa penyesalan, 120 juta jiwa manusia melayang. Agama yang diharapkan tidak lagi dapat dipercaya, agama hanya dijadikan tapeng bagi pihak gerejah dalam mempertahankan kekuasaannya. Inilah yang dimaksud oleh Karl Max bahwa agama merupakan racun bagi masyarakat (candu sosial).
      Sisi lain sosiolog bernama Emile Durkheim mengemukan bahwa pembantai masyarakat prancis diakibatkan oleh rengganya hubungan sosial, sehingga bagi masyarakat awam dalam menyelesaikan setiap masalah yang mereka hadapi adalah dengan cara bunuh diri. Bagi mereka kalau bunuh diri akan dapat menghilangkan rasa ketegangan dan ftustasi yang mereka hadapi. Karna agama tidak lagi bisa diharapkan sebagai sesuatu yang bisa menyelamtkan atau membebaskan meraka dari segala penderitaan. Inilah yang menjadi tesis Emile Durkheim sehingga melahirkan antitesis tentang Teori Bunuh Diri.
      Dizaman sekarang tidak tertutup kemungkinan hal yang sama bisa terjadi lagi. Oleh karena demikian agama dan konsep ketegangan dalam diri manusia memiliki keeratan yang cukup tinggi.


B.     Rumusan Masalah
Adapun masalah yang kami bahas dalam makalah ini yaitu:
1.      Apakah yang dimaksud dengan Agama ?
2.      Seperti apakah Hakekat Ketegangan Manusia ?
3.      Bagaimanakah Peran Agama Dalam Mengatasi Ketengangan Manusia ?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yitu:
1.      Untuk mengetahui dan memahami tentang agama
2.      Untuk memahami tentang hakekat ketegangan manusia
3.      Untuk mengetahui dan memahami peran agama dalam mengatasi ketengangan manusia


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Agama
Agama dalam bahasa Sanskerta, memiliki makna a artinya tidak; gama artinya kacau jadi agama adalah tidak kacau atau adanya keteraturan dan peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu. Menurut Hendropuspito, agama adalah suatu jenis system social yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan kekuatan non-empiris yang dipercayai dan didayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyarakat luas umumnya.
Dari sudut pandang sosiologi, agama adalah tindakan-tindakan pada suatu sistem sosial dalam diri orang-orang yang percaya pada suatu kekuatan tertentu dan berfungsi agar dirinya dan masyarakat menjadapat keselamatan. Dari sudut kebudayaan, agama adalah salah satu hasil budaya. Artinya, manusia membentuk atau menciptakan agama karena kemajuan dan perkembangan budaya serta peradabannya.

B.     Hakekat Ketegangan Manusia
1.      Pengertian Ketegangan Manusia
Secara umum ketegangan adalah keadaan mencekam sebagai akibat perasaan khawatir, terhambat, frustrasi, atau terlalu bergelora. Untuk lebih jelasnya, berikut pengertian ketegangan menurut beberapa para ahli:
a.       Maramis (1995) menyatakan bahwa ketegangan adalah rasa tidak aman, kekhawatiran, yang timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.
b.      Lazarus (1991) menyatakan bahwa ketegangan adalah reaksi individu terhadap hal yang akan dihadapi. Ketegangan merupakan suatu perasaan yang menyakitkan, seperti kegelisahan, kebingungan, dan sebagainya, yang berhubungan dengan aspek subyektif emosi. Ketegangan merupakan gejala yang biasa pada saat ini, karena itu disepanjang perjalanan hidup manusia, mulai lahir sampai menjelang kematian, rasa cemas sering kali ada.
c.       Saranson dan Spielberger (dalam Darmawanti 1998) menyatakan bahwa Ketegangan merupakan reaksi terhadap suatu pengalaman yang bagi individu dirasakan sebagai ancaman. Rasa cemas adalah perasaan tidak menentu, panik, takut, tanpa mengetahui apa yang ditakutkan dan tidak dapat menghilangkan perasaan gelisah dan rasa cemas tersebut.
d.      Tjakrawerdaya (1987) mengemukakan bahwa Ketegangan adalah efek atau perasaan yang tidak menyenangkan berupa kecemasan, rasa tidak aman dan ketakutan yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang mengecewakan tetapi sumbernya sebagian besar tidak disadari oleh yang bersangkutan.
2.      Faktor Penyebab Ketegangan Manusia
Penyebab terjadinya  Ketegangan sukar untuk diperkiraan dengan tepat. Hal ini disebabkan oleh adanya sifat subyekif dari Ketegangan, yaitu : Bahwa kejadian yang sama belum tentu dirasakan sama pula oleh setiap orang. Dengan kata lain suatu rangsangan atau kejadian dengan kualitas dan kuantitas yang sama dapat diinterprestasikan secara berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya.
Teori kognitif menyatakan bahwa reaksi ketegangan timbul karena kesalahan mental. Kesalahan mental ini karena kesalahan menginterpetasikan suatu situasi yang bagi individu merupakan sesuatu yang mengancam. Melalui teori belajar sosial kognitif, Bandura menyatakan bahwa takut dan tegang dihasilkan dari harapan diri yang negatif karena mereka percaya bahwa mereka tidak dapat mengatasi dari situasi yang secara potensial mengancam bagi mereka.
Menurut Miramis (1985),  ketegangan akan timbul bilamana individu tidak mampu menghadapi suatu keadaan stress, dimana stress dapat mengancam perasaan, kemampuan hidupnya. Sumber-sumber ketegangan adalah frustasi, konflik, tekanan, dan krisis. Secara sederhana ketegangan dapat disebabkan karena individu mempunyai rasa takut yang tidak realistis, karena mereka keliru dalam menilai suatu bahaya yang dihubungkan dengan situasi tertentu, atau cenderung menafsir secara berlebihan suatu peristiwa yang membahayakan.
Ketegangan juga dapat di sebabkan karena penilaian diri yang salah, dimana individu merasa bahwa dirinya tidak mampu mengatasi apa yang terjadi atau apa yang dapat dilakukan untuk menolong diri sendiri.

C.    Peran Agama Dalam Mengatasi Ketengangan Manusia
Berikut beberapa peran agama dalam mengatasi ketegangan manusia, yaitu:
1.      Agama memberikan bantuan kejiwaan kepada manusia dalam menghadapi cobaan dan mengatasi kesulitan hidupnya, seperti dengan cara sabar, lapang dan lain-lain.
2.      Agama membantu orang dalam menumbuhkan dan membina pribadinya, yakni melaiui penghayatan nilai-nilai ketakwaan dan keteladanan yang diberikan Nabi.
3.      Agama memberikan tuntunan kepada akal agar benar dalam berpikir melalui bimbingan wahyu.
4.      Agama beserta seluruh petunjuk yang ada yang ada di dalamnya merupakan obat bagi jiwa atau penyembuh segala penyakit hati yang terdapat dalam diri manusia (rohani).
5.      Agama memberikan tuntunan bagi manusia dalam mengadakan hubungan yang baik, baik hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan orang lain, maupun hubungan dengan, alam dan lingkungan.
6.      Agama dapat memenuhi kebutuhan psikis manusia. Peranan agama dapat membantu manusia dalam mengobati jiwanya dan mencegahnya dari gangguan kejiwaan serta mernbina kodisi kesehatan mental. Dengan menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran keagamaan manusia dapat memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan dalam hidup.
D.    Sejarah Lahirnya Agama dan asal muasal lahirnya ketengan manusia
1.      Sejarah Lahirnya Agama
Agama lahir dari keinginan manusia dan karena itu merupakan ilusi (Freud, 1984). Agama adalah penghiburan yang dibutuhkan manusia karena bengisnya hidup di dunia ini. Begitulah Freud. Nampaknya Freud dan Marx sama-sama memiliki kesimpulan tentang agama yang merupakan candu. Menurut para "ahli" diatas, agama tak lain sekedar pelarian manusia dari dunia yang tidak berpengharapan ini. Ketika manusia menghadapi konflik dalam hidupnya maka ia membutuhkan "obat" untuk meredakan "rasa sakit" itu.
Ada pula teori monistik, diantara pelopornya adalah Thomas Van Aquino yang berpendapat bahwa sumber kejiwaaan agama adalah berpikir. Manusia menggunakan kemampuan berpikirnya sehingga menghasilkan kehidupan beragama yang merupakan refleksi dari kehidupan beragama manusia. Sedangkan Fredrick Schleimacher mengemukakan teori ketergantungan mutlak manusia (sense of depend). Manusia sangat tergantung pada suatu kekuasaan diluar dirinya yang kemudian menimbulkan konsep tentang Tuhan. Ketidakberdayaan manusia menghadapi tantangan alam membuat manusia menggantungkan harapannya kepada kekuasaan yang dianggap mutlak. Rentutan kejadian ini menyebabkan timbulnya upacara dan ritual keagamaan. Lain lagi teori fakulti, yang mengemukakan tri fungsi potensi manusia. Pertama: cipta (reason) yang menentukan benar tidaknya ajaran agama berdasarkan pertimbangan intelektual. Kedua: rasa (emotion) yang memberikan sikap batin seimbang dan positif dalam penghayatan kebenaran ajaran agama. Ketiga: karsa (will) yang menimbulkan amalan-amalan atau doktrin keagamaan yang benar dan logis (Jalaluddin, 1996).

2.      Asal Muasal Munculnya Ketengan Manusia
Berbagai macam panyakit yang sering kita lihat yang menimpa manusia baik yang berbentuk fisik maupun psikis. Penyakit-penyakit seperti itu secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap proses perkembangan pribadi manusia terutama yang menyakut psikis (jiwa) manusia itu sendiri. Gangguang kejiwaan yang sering sekali dialami oleh manusia adalah rasa stress, ketegangan, ketakutan dan lain-lain. Manun yang sering sekali dialami oleh manusia adalah rasa tegang atau ketegaangan itu sendiri. Dalam bidang psikologi, ketegangan dikatakan sebagai tekanan batin yang dialami seseorang karena dia menghadapi tuntutan, baik tuntutan dari dalam diri maupun yang berasal dari luar. Seorang Psikolog bernama Hans Selye, mengemukakan bahwa rasa tegang adalah bumbu kehidupan. Sedangkan kehidupan selalu menghadapkan orang kepada berbagai tuntutan. Dengan demikian maka orang akan selalu mengalami ketegangan.
Awalnya, ketegangan hanya berupa gangguan kecil yang mengusik jiwa. Namun lama-kelamaan hal tersebut berelasi dengan psikis atau kejiwaan seseorang dan mampu menggoyahkan tatanan jiwa yang stabil. Hal ini bisa menjadi berat apabila kondisi kesehatan fisik tidak mendukung. Pada tingkat yang lebih parah juga mampu mengoyak daya tahan tubuh. Faktor penyebab ketegangan juga bermacam-macam hal tersebut mengakibatkan munculnya gejala penyimpangan yang berbeda pula.
Gangguan kejiwaan seperti akan dapat mengakibatkan manusia tidak stabil dalam menjalani kehidupannya. Dengan demikian agama menjadi faktor utama yang dapat menetralisir gangguang kejiwaan terutama rasa ketengangan yang kerap kali dialami oleh manusia. Agama akan memberikan ketentraman bagi jiwa dan pikiran manusia melalui bimbingan konsep fisik dan psikis.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian bab pembahasan diatas maka dapat simpulkan yaitu, sebagai berikut:
1.      agama adalah suatu jenis system social yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan kekuatan non-empiris yang dipercayai dan didayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyarakat luas umumnya.
2.      ketegangan adalah keadaan mencekam sebagai akibat perasaan khawatir, terhambat, frustrasi, atau terlalu bergelora.
3.      Agama dapat memenuhi kebutuhan psikis manusia. Peranan agama dapat membantu manusia dalam mengobati jiwanya dan mencegahnya dari gangguan kejiwaan serta mernbina kodisi kesehatan mental.
4.      Secara umum Agama lahir dari keinginan manusia dan karena itu merupakan ilusi.Dan yang melatar belakangi oleh,berbagai macam panyakit yang sering kita lihat yang menimpa manusia baik yang berbentuk fisik maupun psikis. Dalam bidang psikologi, ketegangan dikatakan sebagai tekanan batin yang dialami seseorang karena dia menghadapi tuntutan, baik tuntutan dari dalam diri maupun yang berasal dari luar.

B.     Saran-Saran
Dari semua uraian yang ada dalam isi makalah ini sepenuhnya kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu kami dari kelompok 1 (Satu) selaku penulis makalah ini mengharapkan usul saran dan masukan yang sifatnya membangun dari teman-teman mahasiswa terutama dari Bapak dosen pembina mata kuliah, demi kesempurnaan dan perbaikan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA
  • Suryabrata, Sumadi, 1986. Psikologi Kepribadian. Jakarta : CV. Rajawali
  • Ismail, Taufiq. Marx, Karl Tukang Ramal Sial Yang Gagal. 2007, Penerbit. Titik Infinitium. Jakarta
  • Giddens, Anthony. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern (suatu analisis karya tulis Marx, Durkheim dan Max Weber).2007. Penerbit. Universitas Terbuka, Jakarta
  • Martono, Nanang. Sosiologi Perubahan Sosial (perspektif  klasik, modern, posmodern dan poskolonial). 2011. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta
  • Maliki, Zainuddin. Agama Rakyat Agama Penguasa (konstruktif lealitas agama dan demokratisasi). 2000. Penerbit. Galang Press, Yogyakarta

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking