BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pola
kehidupan masyarakat yang penuh dengan dinamika dan gejolak semakin hari
semakin tidak terkendali, gaya hidup dan tata perilaku manusia akan selalu
disesuaikan dengan tingkat perubahan yang ada. Ketidakmampaun manusia dalam
menyusuaikan diri dengan perubahan yang begitu cepat membuat manusia mengalami cultura lag (gonjangan budaya), rasa
frustasi, kegelisahan serta gejolak kejiwaan yang sangat ekstrim. Dalam hal
demikian agama memiliki peran sentral dalam mempengaruhi pola pikir dan
kejiwaan setiap individu.
Hal serupa yang pernah terjadi sepanjang sejarah manusia yaitu pada
saat revolusi prancis, dinamika sosial dan politik prancis pada tahun 1789
sampai 1799 membawa efek yang besar terhadap kaedaan psikologis masyarakat.
Dimana individu mengalami rasa ketegangan dan frustasi yang begitu tinggi
akibat tekanan psikologis dari pemerintah pada saat prancis dibawah kekuasaan
gerejah. Masyarakat dibantai tanpa rasa penyesalan, 120 juta jiwa manusia melayang.
Agama yang diharapkan tidak lagi dapat dipercaya, agama hanya dijadikan tapeng
bagi pihak gerejah dalam mempertahankan kekuasaannya. Inilah yang dimaksud oleh
Karl Max bahwa agama merupakan racun bagi masyarakat (candu sosial).
Sisi lain sosiolog bernama Emile Durkheim mengemukan bahwa
pembantai masyarakat prancis diakibatkan oleh rengganya hubungan sosial,
sehingga bagi masyarakat awam dalam menyelesaikan setiap masalah yang mereka
hadapi adalah dengan cara bunuh diri. Bagi mereka kalau bunuh diri akan dapat
menghilangkan rasa ketegangan dan ftustasi yang mereka hadapi. Karna agama
tidak lagi bisa diharapkan sebagai sesuatu yang bisa menyelamtkan atau
membebaskan meraka dari segala penderitaan. Inilah yang menjadi tesis Emile
Durkheim sehingga melahirkan antitesis tentang Teori Bunuh Diri.
Dizaman sekarang tidak tertutup kemungkinan hal yang sama bisa
terjadi lagi. Oleh karena demikian agama dan konsep ketegangan dalam diri
manusia memiliki keeratan yang cukup tinggi.
B.
Rumusan Masalah
Adapun masalah yang kami
bahas dalam makalah ini yaitu:
1. Apakah
yang dimaksud dengan Agama ?
2. Seperti
apakah Hakekat Ketegangan Manusia ?
3. Bagaimanakah
Peran Agama Dalam Mengatasi Ketengangan Manusia ?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan
makalah ini yitu:
1. Untuk
mengetahui dan memahami tentang agama
2. Untuk
memahami tentang hakekat ketegangan manusia
3. Untuk
mengetahui dan memahami peran agama dalam mengatasi ketengangan manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Agama
Agama
dalam bahasa Sanskerta, memiliki
makna a artinya tidak; gama artinya kacau jadi agama adalah tidak kacau atau
adanya keteraturan dan peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu.
Menurut Hendropuspito, agama adalah suatu jenis system social yang dibuat oleh
penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan kekuatan non-empiris yang
dipercayai dan didayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan
masyarakat luas umumnya.
Dari
sudut pandang sosiologi, agama adalah tindakan-tindakan pada suatu sistem
sosial dalam diri orang-orang yang percaya pada suatu kekuatan tertentu dan
berfungsi agar dirinya dan masyarakat menjadapat keselamatan. Dari sudut
kebudayaan, agama adalah salah satu hasil budaya. Artinya, manusia membentuk
atau menciptakan agama karena kemajuan dan perkembangan budaya serta
peradabannya.
B.
Hakekat
Ketegangan Manusia
1.
Pengertian Ketegangan Manusia
Secara umum ketegangan adalah keadaan mencekam sebagai akibat
perasaan khawatir, terhambat, frustrasi, atau terlalu bergelora. Untuk lebih
jelasnya, berikut pengertian ketegangan menurut beberapa para ahli:
a.
Maramis (1995) menyatakan bahwa ketegangan adalah rasa
tidak aman, kekhawatiran, yang timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian
yang tidak menyenangkan.
b.
Lazarus (1991) menyatakan bahwa
ketegangan adalah reaksi individu terhadap hal yang akan
dihadapi. Ketegangan merupakan
suatu perasaan yang menyakitkan, seperti kegelisahan, kebingungan, dan
sebagainya, yang berhubungan dengan aspek subyektif emosi. Ketegangan merupakan
gejala yang biasa pada saat ini, karena itu disepanjang perjalanan hidup
manusia, mulai lahir sampai menjelang kematian, rasa cemas sering kali ada.
c.
Saranson dan Spielberger (dalam Darmawanti
1998) menyatakan bahwa Ketegangan merupakan
reaksi terhadap suatu pengalaman yang bagi individu dirasakan sebagai ancaman.
Rasa cemas adalah perasaan tidak menentu, panik, takut, tanpa mengetahui apa
yang ditakutkan dan tidak dapat menghilangkan perasaan gelisah dan rasa cemas
tersebut.
d.
Tjakrawerdaya (1987) mengemukakan
bahwa Ketegangan adalah efek atau perasaan yang tidak menyenangkan
berupa kecemasan, rasa tidak aman dan ketakutan yang timbul karena dirasakan
akan terjadi sesuatu yang mengecewakan tetapi sumbernya sebagian besar tidak
disadari oleh yang bersangkutan.
2.
Faktor Penyebab Ketegangan
Manusia
Penyebab terjadinya
Ketegangan sukar untuk
diperkiraan dengan tepat. Hal ini disebabkan oleh adanya sifat subyekif dari Ketegangan, yaitu :
Bahwa kejadian yang sama belum tentu dirasakan sama pula oleh setiap orang.
Dengan kata lain suatu rangsangan atau kejadian dengan kualitas dan kuantitas
yang sama dapat diinterprestasikan secara berbeda antara individu yang satu
dengan yang lainnya.
Teori kognitif menyatakan bahwa reaksi ketegangan timbul
karena kesalahan mental. Kesalahan mental ini karena kesalahan
menginterpetasikan suatu situasi yang bagi individu merupakan sesuatu yang
mengancam. Melalui teori belajar sosial kognitif, Bandura menyatakan bahwa
takut dan tegang dihasilkan dari harapan diri yang negatif karena mereka
percaya bahwa mereka tidak dapat mengatasi dari situasi yang secara potensial
mengancam bagi mereka.
Menurut Miramis (1985), ketegangan akan timbul
bilamana individu tidak mampu menghadapi suatu keadaan stress, dimana stress
dapat mengancam perasaan, kemampuan hidupnya. Sumber-sumber ketegangan adalah
frustasi, konflik, tekanan, dan krisis. Secara sederhana ketegangan dapat
disebabkan karena individu mempunyai rasa takut yang tidak realistis, karena
mereka keliru dalam menilai suatu bahaya yang dihubungkan dengan situasi
tertentu, atau cenderung menafsir secara berlebihan suatu peristiwa yang
membahayakan.
Ketegangan juga dapat
di sebabkan karena penilaian diri yang salah, dimana individu merasa bahwa
dirinya tidak mampu mengatasi apa yang terjadi atau apa yang dapat dilakukan
untuk menolong diri sendiri.
C.
Peran
Agama Dalam Mengatasi Ketengangan Manusia
Berikut beberapa peran agama
dalam mengatasi ketegangan manusia, yaitu:
1.
Agama memberikan bantuan kejiwaan
kepada manusia dalam menghadapi cobaan dan mengatasi kesulitan hidupnya,
seperti dengan cara sabar, lapang dan lain-lain.
2.
Agama membantu orang dalam
menumbuhkan dan membina pribadinya, yakni melaiui penghayatan nilai-nilai ketakwaan
dan keteladanan yang diberikan Nabi.
3.
Agama memberikan tuntunan kepada
akal agar benar dalam berpikir melalui bimbingan wahyu.
4.
Agama beserta seluruh petunjuk yang
ada yang ada di dalamnya merupakan obat bagi jiwa atau penyembuh segala
penyakit hati yang terdapat dalam diri manusia (rohani).
5.
Agama memberikan tuntunan bagi
manusia dalam mengadakan hubungan yang baik, baik hubungan dengan diri sendiri,
hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan orang lain, maupun hubungan dengan, alam
dan lingkungan.
6.
Agama dapat memenuhi kebutuhan
psikis manusia. Peranan agama dapat membantu manusia dalam mengobati jiwanya
dan mencegahnya dari gangguan kejiwaan serta mernbina kodisi kesehatan mental.
Dengan menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran keagamaan manusia dapat memperoleh
kebahagiaan dan kesejahteraan dalam hidup.
D. Sejarah Lahirnya Agama dan
asal muasal lahirnya ketengan manusia
1.
Sejarah
Lahirnya Agama
Agama lahir dari keinginan
manusia dan karena itu merupakan ilusi (Freud, 1984). Agama adalah penghiburan
yang dibutuhkan manusia karena bengisnya hidup di dunia ini. Begitulah Freud.
Nampaknya Freud dan Marx sama-sama memiliki kesimpulan tentang agama yang
merupakan candu. Menurut para "ahli" diatas, agama tak lain sekedar
pelarian manusia dari dunia yang tidak berpengharapan ini. Ketika manusia
menghadapi konflik dalam hidupnya maka ia membutuhkan "obat" untuk
meredakan "rasa sakit" itu.
Ada pula teori monistik,
diantara pelopornya adalah Thomas Van Aquino yang berpendapat bahwa sumber
kejiwaaan agama adalah berpikir. Manusia menggunakan kemampuan berpikirnya
sehingga menghasilkan kehidupan beragama yang merupakan refleksi dari kehidupan
beragama manusia. Sedangkan Fredrick Schleimacher mengemukakan teori
ketergantungan mutlak manusia (sense of depend). Manusia sangat tergantung pada
suatu kekuasaan diluar dirinya yang kemudian menimbulkan konsep tentang Tuhan.
Ketidakberdayaan manusia menghadapi tantangan alam membuat manusia
menggantungkan harapannya kepada kekuasaan yang dianggap mutlak. Rentutan
kejadian ini menyebabkan timbulnya upacara dan ritual keagamaan. Lain lagi
teori fakulti, yang mengemukakan tri fungsi potensi manusia. Pertama:
cipta (reason) yang menentukan benar tidaknya ajaran agama berdasarkan
pertimbangan intelektual. Kedua: rasa (emotion) yang memberikan sikap
batin seimbang dan positif dalam penghayatan kebenaran ajaran agama. Ketiga:
karsa (will) yang menimbulkan amalan-amalan atau doktrin keagamaan yang benar
dan logis (Jalaluddin, 1996).
2.
Asal
Muasal Munculnya Ketengan Manusia
Berbagai macam panyakit yang sering kita lihat yang
menimpa manusia baik yang berbentuk fisik maupun psikis. Penyakit-penyakit
seperti itu secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap proses perkembangan
pribadi manusia terutama yang menyakut psikis (jiwa) manusia itu sendiri.
Gangguang kejiwaan yang sering sekali dialami oleh manusia adalah rasa stress,
ketegangan, ketakutan dan lain-lain. Manun yang sering sekali dialami oleh
manusia adalah rasa tegang atau ketegaangan itu sendiri. Dalam bidang
psikologi, ketegangan dikatakan sebagai tekanan batin yang dialami seseorang
karena dia menghadapi tuntutan, baik tuntutan dari dalam diri maupun yang
berasal dari luar. Seorang Psikolog bernama Hans Selye,
mengemukakan bahwa rasa tegang adalah bumbu kehidupan. Sedangkan kehidupan
selalu menghadapkan orang kepada berbagai tuntutan. Dengan demikian maka orang
akan selalu mengalami ketegangan.
Awalnya, ketegangan hanya berupa gangguan kecil
yang mengusik jiwa. Namun lama-kelamaan hal tersebut berelasi dengan psikis
atau kejiwaan seseorang dan mampu menggoyahkan tatanan jiwa yang stabil. Hal
ini bisa menjadi berat apabila kondisi kesehatan fisik tidak mendukung. Pada tingkat
yang lebih parah juga mampu mengoyak daya tahan tubuh. Faktor penyebab
ketegangan juga bermacam-macam hal tersebut mengakibatkan munculnya gejala
penyimpangan yang berbeda pula.
Gangguan kejiwaan seperti akan dapat
mengakibatkan manusia tidak stabil dalam menjalani kehidupannya. Dengan
demikian agama menjadi faktor utama yang dapat menetralisir gangguang kejiwaan
terutama rasa ketengangan yang kerap kali dialami oleh manusia. Agama akan
memberikan ketentraman bagi jiwa dan pikiran manusia melalui bimbingan konsep
fisik dan psikis.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian bab pembahasan
diatas maka dapat simpulkan yaitu, sebagai berikut:
1. agama
adalah suatu jenis system social yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang
berproses pada kekuatan kekuatan non-empiris yang dipercayai dan didayagunakan
untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyarakat luas umumnya.
2. ketegangan
adalah keadaan mencekam sebagai akibat perasaan khawatir, terhambat, frustrasi,
atau terlalu bergelora.
3. Agama dapat
memenuhi kebutuhan psikis manusia. Peranan agama dapat membantu manusia dalam
mengobati jiwanya dan mencegahnya dari gangguan kejiwaan serta mernbina kodisi
kesehatan mental.
4. Secara umum Agama lahir dari keinginan manusia dan karena itu merupakan
ilusi.Dan yang melatar belakangi oleh,berbagai macam panyakit yang
sering kita lihat yang menimpa manusia baik yang berbentuk fisik maupun psikis.
Dalam bidang psikologi, ketegangan dikatakan sebagai tekanan batin yang dialami
seseorang karena dia menghadapi tuntutan, baik tuntutan dari dalam diri maupun
yang berasal dari luar.
B.
Saran-Saran
Dari semua
uraian yang ada dalam isi makalah ini sepenuhnya kami menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu kami dari kelompok 1 (Satu)
selaku penulis makalah ini mengharapkan usul saran dan masukan yang sifatnya
membangun dari teman-teman mahasiswa terutama dari Bapak dosen pembina mata
kuliah, demi kesempurnaan dan perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
- Suryabrata, Sumadi, 1986. Psikologi Kepribadian. Jakarta : CV. Rajawali
- Ismail, Taufiq. Marx, Karl Tukang Ramal Sial Yang Gagal. 2007, Penerbit. Titik Infinitium. Jakarta
- Giddens, Anthony. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern (suatu analisis karya tulis Marx, Durkheim dan Max Weber).2007. Penerbit. Universitas Terbuka, Jakarta
- Martono, Nanang. Sosiologi Perubahan Sosial (perspektif klasik, modern, posmodern dan poskolonial). 2011. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta
- Maliki, Zainuddin. Agama Rakyat Agama Penguasa (konstruktif lealitas agama dan demokratisasi). 2000. Penerbit. Galang Press, Yogyakarta
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking